#prostat#bahaya menahan pipis#pembesaran prostat
 |
| Foto : Ilustrasi (jcomp/ Freepik) |
campur.id-Terkadang, kita dihadapkan dengan situasi di mana kita harus menahan keinginan untuk buang air kecil. Misalnya, saat meeting penting di kantor, berkendara dengan motor atau mobil, dan lain sebagainya.
Jika sesekali dilakukan, menahan kencing mungkin tidak menimbulkan dampak apa-apa. Tapi jika keseringan, kebiasaan itu dapat memicu masalah kesehatan. Lantas, apakah keseringan menahan kencing dapat menyebabkan pembesaran prostat jinak?
Dokter urologi dr Adistra Imam Satjakoesoemah, SpU, FICS, membantah anggapan tersebut. Dia menegaskan pembesaran prostat jinak sama sekali tidak memiliki kaitan dengan kebiasaan menahan kencing.
"Berhubungan sama pembesaran prostat? Tidak. Semua terkait hormonal dan nasib, karena genetik dan lain semuanya," ucap dr Adistra dalam konferensi pers di Jakarta Pusat, Kamis (28/3/2024).
Kendati demikian, dr Adistra mengatakan keseringan menahan kencing memang dapat menyebabkan masalah pada prostat. Misalnya, prostatitis atau infeksi prostat.
"Dia menimbulkan infeksi prostat. Ada pasien-pasien dengan prostatitis, kencing anyang-anyangan dok, gini-gini. Ya, itu infeksi prostatnya," tuturnya.
Hal serupa juga bisa terjadi pada wanita. dr Adistra mengatakan wanita yang sering menahan buang air kecil rentan terkena infeksi bakteri.
"Kencing itu steril, kencing itu nggak ada kuman, baunya aja pesing tapi nggak ada kuman sama sekali. Tapi isinya zat-zat metabolik, zat-zat sisa. Ketika ada kuman masuk, terutama pada wanita karena uretranya pendek, jadi gampang berkembang biak menjadi kuman, maka menjadi infeksi saluran kencing atau ISK," jelasnya.
Pada kasus tertentu, sering menahan kencing juga dapat memicu terjadinya stasis urine, yakni kondisi tertahannya urine pada sistem urinaria.
"Jadi lama-lama saluran kencing bagian atas dengan bagian bawah itu merupakan bejana tertutup, satu pipa tertutup. Jadi kalau dibawa overpressure, dibawa terlalu tinggi, semua mungkin akan naik ke ginjal, biasanya akan merusak ginjal. Itu ekstrimnya," tandas dr Adistra.
sumber : health.detik.com
COMMENTS